Ade Armando telah diajukan untuk menjadi Guru Besar Universitas Indonesia sejak Mei 2016, namun langkahnya selalu terhambat karena Dewan Guru Besar Universitas Indonesia tidak akan menerima Ade Armando selama ia tidak berhenti menyuarakan pandangannya yang menimbulkan 'kontroversi'.

Penolakan Ade Armando menjadi Guru Besar Universitas Indonesia bukan karena kualitas akademiknya yang dianggap tidak layak atau belum cukup, namun karena 'integritas, etika, dan tatakrama'. Padahal, secara kualitas akademik Ade Armando lebih dari cukup untuk menjadi Guru Besar Universitas Indonesia.

Penjelasan tentang 'integritas, etika, dan tatakrama' yang dipersoalkan oleh Dewan Guru Besar Universitas Indonesia pun tidak memiliki indikator yang jelas, sehingga keputusan pasti dibalik penolakan Dewan Guru Besar Universitas Indonesia untuk mengangkat Ade Armando menjadi Guru Besar Universitas Indonesia patut ditanyakan ulang dan dikaji kembali. Ketika Ade Armando mempertanyakan bukti konkrit tentang tulisan-tulisannya di media sosial yang dianggap tidak berintegritas, tidak etis, dan tidak memiliki tatakrama, Dewan Guru Besar tidak bisa menunjukkan bukti tersebut.

Ade Armando memang tidak mempermasalahkan penolakan Dewan Guru Besar Universitas Indonesia karena perjuangannya menyuarakan kebenaran, melawan kebohongan publik dan fitnah, memperjuangkan hak-hak kaum minoritas dan perempuan tidak akan berhenti sampai disini. Namun bagi dunia pendidikan tinggi, penolakan Ade Armando adalah suatu bukti bahwa kebenaran dan suara kebaikan telah kalah.

Penolakan Ade Armando menjadi Guru Besar Universitas Indonesia tanpa bukti konkrit telah melanggar haknya sebagai warga negara Indonesia dan akademisi.

Tanda tangani petisi ini agar Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melakukan pengkajian ulang atas penolakan Dewan Guru Besar Universitas Indonesia terhadap pengangkatan Ade Armando sebagai Guru Besar Universitas Indonesia!