Setiap tahun, bencana alam pasti sempat singgah di Indonesia. Kalau tahun ini kebakaran hutan jadi juaranya, tahun lalu kita digoyang gempa besar di Palu dan Lombok.

Dan tentunya, banyak bantuan mengalir dari mereka yang berbaik hati. Suplai makanan, obat-obatan, dan perlengkapan sandang serta papan.

Banyak juga relawan yang jauh-jauh datang untuk langsung membantu. Mereka ini adalah tim SAR, dokter, penyedia logistik, dapur umum, psikososial, dan pahlawan kemanusiaan lainnya.

Tapi, tahu nggak kamu berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan para relawan ini untuk membantu korban bencana?

Saat gempa besar di Lombok tahun 2018 lalu, 10 kawan relawan saya harus membayar tiket pesawat seharga 3.4 juta per orang. Biaya yang cukup mahal dari kantong sendiri. Belum lagi ditambah dengan biaya bagasi untuk peralatan yang diperlukan.

Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) biasa membutuhkan bagasi hingga puluhan kilo. Saat gempa di Palu, pengiriman tenda sekolah darurat saja beratnya sampai 300 kg. Tentunya ini akan memakan biaya yang sangat besar lewat jalur udara.

Memang bisa dikirim lewat laut yang relatif lebih murah... Tapi memakan waktu yang lama. Coba bayangkan kalau kamu, sebagai korban bencana, harus menunggu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk dapat bantuan ini.

Bahkan, saat kebakaran hutan dan asap bulan September lalu, banyak kawan-kawan relawan yang tidak jadi berangkat karena hambatan biaya pesawat. Padahal, kami tahu betul kawan-kawan di Pekanbaru sangat butuh bantuan relawan untuk padamkan api dan bagikan masker.

Relawan ini hadir untuk respon bencana loh, bukan untuk wisata. Mereka adalah responder pertama dalam suatu bencana. Tapi justru dipersulit saat ingin membantu mereka yang paling membutuhkan.

Dibutuhkan dukungan pemerintah untuk memastikan penanganan korban bencana yang lebih baik dan tepat waktu.

Karena itu, saya meminta pada Menteri Perhubungan Budi Karya dan Menteri BUMN Erick Thohir untuk menggratiskan biaya tiket pesawat dan bagasi untuk para relawan atas dasar kemanusiaan.

#TiketUntukRelawan,
Yan Evries