Daringkan Siswa SMK Negeri 3 Palembang
Daringkan Siswa SMK Negeri 3 Palembang
Pandemi COVID-19 tidak lagi asing di telinga masyarakat. Sejak tahun 2020 yang lalu, virus ini telah melanda Indonesia yang juga berdampak pada pendidikan siswa/i di Indonesia baik dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga tingkat SMA/SMK. Hingga 2022 ini terhitung sudah gelombang ke-3 virus corona, yaitu varian Omicron. Tentu ada siswa/i maupun tenaga didik yang terpapar karena kegiatan belajar mengajar telah diterapkan sejak awal semester baru pada tahun 2021, terutama di SMK Negeri 3 Palembang.
Walau jumlah siswa/i dan guru yang terpapar tidaklah banyak, tingkat kewaspadaan terhadap virus ini tidak bisa kita remehkan. Sebuah studi pendahuluan atas enam kasus Omicron di AS, yang diterbitkan pada Desember 2021, menemukan bahwa masa inkubasinya rata-rata tiga hari, dibandingkan varian lain yang sekitar lima hari. Jika ada siswa/i yang terpapar dan segera di isolasi, tidak dapat kita pastikan siswa/i yang lain tidak terpapar juga. Pepatah mengatakan lebih baik mencegah daripada mengobati. Lebih baik kita mencegah penyebaran virus Omicron sebelum semuanya terlambat.
Berdasarkan info yang didapatkan dari SMA/SMK di kota Palembang, sekolah memberikan toleransi untuk belajar di rumah sekurang-kurangnya 3 hari. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada siswa/i lain yang terpapar virus karena masa inkubasi virus Omicron adalah 3 hari. Bahkan ada juga sekolah yang memberi waktu lebih panjang.
Pada hari Selasa, 8 Februari 2022, siswa/i SMK Negeri 3 Palembang mendapatkan sebuah pemberitahuan terkait kegiatan belajar mengajar, serta menanggapi surat edaran Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan. Dalam surat tersebut disampaikan bahwa siswa/i kelas X dan XI melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara bergiliran dengan dibagi menjadi sesi A dan B yang bergantian melakukan tatap muka dan daring setiap minggunya. Sedangkan siswa/i kelas XII tetap masuk 100% seperti biasa. Apakah SMK Negeri 3 Palembang tidak bisa memberikan toleransi pada siswa/i nya?
Memang, siswa/i kelas XII akan segera menghadapi ujian akhir dan membutuhkan pelajaran lebih secara intensif. Namun apakah kesehatan dari siswa/i kelas XII tidak diperdulikan? Beberapa siswa/i kelas XII belakangan ini banyak yang sakit, seperti pilek, flu, demam, batuk, dan bahkan ada yang terdeteksi positif corona. Kehadiran mereka di kelas juga sangatlah disayangkan. Sekolah juga menindaklanjuti dengan meminta siswa/i nya yang sedang sakit untuk tidak hadir dulu ke sekolah. Apabila yang tersisa di sekolah tidak sampai 50% untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, apakah ini termasuk efektif?
Di kelas saya sendiri, sudah ada beberapa orang yang positif terkena Covid-19, dan beberapa siswa di kelas saya juga sedang sakit (kebetulan sesuai dengan gejala corona), termasuk saya sendiri. Saya merasakan dampak dari izin sekolah, tertinggal pelajaran, tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik, bahkan banyak tugas yang tidak selesai. Saya benar-benar khawatir bahwa teman-teman sekelas saya juga terkena hal yang sama dan menyebar ke kelas lain juga. Tentu saja hal ini akan sangat merugikan karena kami akan segera menghadapi ujian akhir.
Harapannya SMK Negeri 3 Palembang bisa memberikan toleransi kepada siswa/i nya, baik yang sehat maupun tidak sehat karena kesehatan siswa/i jauh lebih penting. Siswa/i yang tidak sehat pun tidak akan bisa belajar dengan maksimal, sehingga kegiatan belajar mengajar pun akan terkesan sia-sia.