Stop anak-anak nias menyabung nyawa demi sekolah
Stop anak-anak nias menyabung nyawa demi sekolah
Alasan pentingnya petisi ini
MEREKA YANG MENGEJAR MIMPI DAN MENYA(M)BUNG NYAWA”
Senin, 3 September 2018 lalu, sekitar pukul 13.00, 4 Orang siswa SD dan SMP meninggal terbawa arus anak sungai Borofino (Desa Balombaruzo, Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan) saat hendak pulang kerumah. Kristina Hulu (6), Putri Hulu (5), Viterman Hulu (13) dan Roberton Tafonao (8) adalah 4 pelajar yang bernasibmalang tersebut. Sehari- hari mereka harus menyeberangi sungai untuk pergi kesekolah, dan saat naas tersebut sewaktu dari pagi hujan deras, pada siang nya sungai tiba- tiba berarus deras dan menyeret keempat pelajar tersebut hingga merenggang nyawa.
Mendengar berita diatas, sepintas menyiratkan duka yang dalam dan berakhir dengan ungkapan belasungkawa, namun lebih dari itu kita sadar bahwa ada problem besar dibalik kejadian duka tersebut.
Kita harus mengatakan bahwa “KITA GAGAL MELINDUNGI GENERAS NIAS”. Ya, KITA, karena kita tidak ingin meng”kambing-hitamkan” satu pihak saja, dan sadar bahwa kita lalai dalam persoalan ini. Setiap hari para pelajar tersebut berangkat dari Rumah dengan jarak sekolah yang jauh dari rumah, dengan tujuan ingin menyambung nyawa dan bermimpi untuk hidup yang lebih baik dan ternyata setiap hari mereka harus Menyabung (Mengadu) nyawa demi mimpi tersebut.
Persoalan ini adalah cerminan kegagalan kita dalam melihat persoalan dan mengantisipasi persoalan, atau jauh lebih mendalam bahwa problem ini adalah hasil dari DIAM nya kita melihat persoalan yang terjadi dibawah dan seolah- olah tidak terjadi apa- apa ?
Pemerintah setiap hari bergumul dengan kertas kerja rencana A-B-C-D dengan judul pemberdayaan masyarakat, namun di sungai ada anak- anak yang menjadi penerus dan alasan kita berjuang untuk membangun harus meregang nyawa ketika ingin pergi ke sekolah, itu pun kita tidak tahun apakah di sekolahnya Guru nya ada atau tidak ketika mereka tiba, mereka harus berhenti belajar dan kedinginan ketika ada hujan karena atap yang bocor, atau mereka tidak bisa belajar karena tidak punya buku dan alat tulis.
Kristina Hulu, Putri Hulu, Viterman Hulu dan Roberton Tafonao dan teman- teman pelajar NIAS adalah Pejuang, mereka harus melawan stigma bahwa sekolah itu tidak berguna karena tidak menghasilkan uang di desa, mereka percaya pada institusi pendidikan yang serba terbatas dapat merubah nasib mereka kelak. Mereka yang berjuang bersama kita untuk memastikan Nias yang maju ketika kelak mereka terjun sebagai bagian dari masyarakat. Namun perjuangan mereka ber-empat disudahi lebih dulu pak, ada ibu- ayah dan keluarga yang mengubur mimpi hidup lebih baik bersama anak- anaknya.
KITA mengerti bahwa kompleksitas persoalan yang dihadapi di daerah ter-amat banyak, namun KITA terpaksa harus MENAGIH kehadiran PEMERINTAH untuk SERIUS melihat persoalan ini. Persoalan ini adalah satu dari sekian banyak problem miris yang terjadi di daerah, dan rasanya kita tidak mau ada Kristina Hulu, Putri Hulu, Viterman Hulu dan Roberton Tafonao lainnya yang menjadi korban untuk kembali mengingatkan kita.
KITA PERCAYA kepada kemampuan PEMERINTAH untuk menyelesaikan ini, kami masih yakin PEMERINTAH sekalian disumpah dan masih MEMEGANG sumpah untuk memperjuangkan Kelangsungan Hidup warga Nias terutama generasi penerus nya. Selalu ada solusi untuk setiap persoalan.
Oleh karena itu kami Meminta dan Mendesak Pemerintah :
1. Mengkaji dan Mengevaluasi kembali Sarana dan Prasaran Pendidikan di Nias secara umum dalam penyelenggaraan Pendidikan Wajib 12 Tahun serta memastikan keberlangsungan Pendidikan yang baik untuk generasi muda Nias pada Khususnya dan Indonesia pada umumnya.
2. Memastikan tersedianya sarana prasarana umum yang menunjang kegiatan Sekolah, seperti Jalan, Jembatan dan lainnya. Jangan sampai ada korban jiwa yang kembali jatuh akibat persoalan sarana- prasarana yang tidak tersedia.
3. Memberikan bantuan Baik moril maupun materil kepada keluarga Korban dari Siswa/i yang meninggal .
Terakhir, kami titipkan pesan untuk Bangsa INDONESIA yang membaca surat ini, dimanapun berada, terutama Para Pimpinan Bangsa ini, adik kami Kristina Hulu, Putri Hulu, Viterman Hulu dan Roberton Tafonao adalah 4 dari jutaan anak Indonesia yang mungkin berjuang sama dengan adik kami dari Nias.
Keterbatasan Nias sebagai daerah Tertinggal, Terluar, Terbelakang adalah kondisi yang harus kami hadapi, namun bantu kami, kiranya berita ini dapat ditindak lanjuti dan didengar dari pemangku jabatan di seantero Negeri ini. Kami percaya bahwa Niat Baik, Solidaritas dan Bangunan Jaringan Kolaboratif dapat membantu kami menyelamatkan Generasi Muda Nias.