Tolak Pembuatan Almameter Angkatan

Tolak Pembuatan Almameter Angkatan

11 telah menandatangani. Mari kita ke 25.
Dimulai
Mempetisi
semua orang

Alasan pentingnya petisi ini

Dimulai oleh Pihak Kontra

Pada 9 Mei 2018, seseorang pada grup angkatan DROST*R*X*L menyarankan untuk membuat almameter angkatan sebagai identitas sekolah. Hal ini menimbulkan berbagai pro dan kontra. Tanpa adanya pemungutan suara resmi tentang persetujuan pembuatan almameter ini, tanpa disadari “mereka” terus membuat hal ini terlaksana, tanpa memedulikan pihak kontra. Pencetus pembuatan almameter ini menuturkan bahwa harga almameter ini tidak akan lebih dari Rp150.000,00/orang, tapi bagi beberapa orang harga tersebut masih tidak tergolong rasional hanya untuk sebuah almameter. Kini, kami, pihak kontra membuat petisi untuk menolak pembuatan almameter. Ayo, gabung bersama pihak kontra kecil kami untuk menunjukkan ketidak-setujuanmu!

Berikut adalah beberapa alasan penolakan pembuatan almameter angkatan:

1.     Tidak pernah ada pemungutan suara resmi tentang pembuatan almameter angkatan ini oleh pencetus pembuatan almameter ini. Padahal aplikasi pengirim pesan secara instan—LINE—tempat grup angkatan itu berada telah memiliki fitur voting, sehingga sebagian dan/atau seluruh anggota grup dapat memutuskan kehendaknya. Sayangnya, pencetus pembuatan almameter ini hanya fokus terhadap pembuatan almameter ini tanpa mengindahkan persetujuan yang lainnya, bukan bertanya mengenai persetujuan pencetus justru langsung bertanya mengenai warna almameter yang digunakan. Pencetus hanya bilang, “bagi yang gak setuju bisa langsung personal chat gue,” dan hal ini kami rasa kurang efektif terlebih lagi LINE telah memiliki fitur voting. Oleh karena itu, pesannya ini dirasa menyudutkan, karena bagi kami tidak semua orang memiliki keberanian untuk mengirim pesan kepadanya, terutama bagi anak-anak yang jarang membuka internet atau menggunakan smartphone, hal ini pulalah yang juga berat berlaku bagi anak-anak introvert. Sedangkan pada fitur LINE, selain mempermudah dalam perhitungan, juga mempermudah bagi anak-anak yang setidaknya jarang buka internet, karena hasil/proses voting itu akan selalu ada di bagian note grup.

2.     Pencetus bilang akan men-japri­ setiap orang akan kesediaannya dalam pembuatan almameter tapi nyatanya banyak dari kami yang tidak menerima pesan darinya yang bertanya tentang kesediaan kami.

3.     Pembuatan almameter ini terlalu terkesan memaksa, pencetus pembuatan almameter ini bilang bahwa ia ingin angkatan kami memiliki identitas. Sehingga ia tidak menginginkan satu pun dari angkatan DROST*R*X*L tidak memiliki almameter angkatan. Salah satu rekan kami pernah mencoba untuk menghubungi pencetus ini sesuai dengan permintaan pada poin 1, tapi pencetus ini justru berharap bagi rekan kami untuk mengusahakan agar membeli almameter angkatan dengan dalih solidaritas.

4.     Keputusan pencetus yang menuliskan, “dari kmrn yang nge-read doang gue anggap setuju, ya,” pernyataan pencetus tentang orang-orang yang hanya membaca tanpa memberikan respon ini kami analogikan sebagai hal yang sama di mana seorang pemerkosa yang berkata bahwa, “diamnya korban adalah setuju” di mana sejatinya korban tidak dapat menolak maupun melawan. Namun dalam hal ini kami merasa kediaman kami merupakan dampak dari rasa takut kami mengenai background pencetus. Salah satu buktinya adalah rekan kami yang dengan lantang pernah bertanya mengenai ketidak-setujuan pembuatan almameter angkatan ini namun rekan kami justru disudutkan oleh pencetus dan teman-temannya. Layaknya orang berkampanye apabila pencetus ingin mencapai sesuatu sebaiknya ia melakukan perbaikan citra positif terhadap dirinya di depan banyak anggota DROST*R*X*L terlebih dahulu.

5.     Sebagian besar angkatan DROST*R*X*L adalah golongan menengah ke bawah. Faktor ekonomi jugalah salah satu faktor penolakan pembuatan almameter ini. Dikarenakan kami yang sudah kelas 12, banyak dari kami yang akan meneruskan ke perguruan tinggi. Untuk melanjutkan pendidikan juga tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, bagi sebagian orang, uang Rp150.000,00 itu sangat berharga. Sehingga banyak yang berniat untuk mengalokasikan uang ini sebagai tabungan masa depan, biaya les/bimbel, transportasi, dan semacamnya.

6.     Rp150.000,00 dinilai kurang rasional sebagai harga sebuah almameter. Walau pencetus bilang harga ini bukanlah harga pasti, tapi bagi sebagian orang yang pernah membuat almameter, harga ini terlalu mahal. Kemudian juga, pernyataan pencetus tentang Rp150.000,00 bukanlah harga pasti membuktikan bahwa kegiatan pembuatan almameter ini kurang persiapan karena tidak adanya harga pasti tentang almameter ini.

7.     Menanyakan kesediaan sekaligus meminta uang down payment dirasa aneh. Bagaimana tidak? Aneh rasanya apabila meminta uang muka tanpa persetujuan oleh setidaknya 51% dari anggota. Karena seharusnya dibandingkan meminta down payment ia seharusnya menanyakan persetujuan yang lain terlebih dahulu, karena melakukan pembayaran muka terlebih dahulu tentu mengindikasikan bahwa ada persetujuan dalam melakukan kegiatan ini. Padahal pencetuslah yang meminta agar setiap orang menyiapkan uang muka sekaligus mengaku nanti ia akan menanyakan kesediannya.

8.     Tidak pernah ada bukti konkrit mengenai berapa persen atau berapa banyak orang yang setuju mengenai pembuatan almameter ini. Pencetus hanya menyatakan, “karna pas gue samperin, banyak yg setuju,” tanpa menyebut berapa orang yang telah dia tanyakan dan meminta uang muka.

9.     Terakhir, buku pelanggaran bimbingan konseling (buku poin) menyatakan bahwa pembuatan almameter/jaket angkatan adalah dilarang. Karena takut dalam menimbulkan kesenjangan sosial.

Sebagai orang yang memulai petisi ini, saya mengizinkan orang yang setuju dalam petisi ini menanda-tangani petisi baik secara daring maupun fisik secara anonim untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Karena bagi saya, sebagai manusia tidak sepantasnya kita hidup di bawah bayang-bayang ketakutan!

Kami pihak kontra akan sangat merasa dihargai apabila keputusan kami dalam tidak membuat almameter ini diterima dan kami bersama mereka dapat menjalani kegiatan belajar-mengajar dengan tenang tanpa ada pengeluaran anggaran seminimum mungkin.

11 telah menandatangani. Mari kita ke 25.