Pandemi sudah berjalan dua tahun. Dua tahun kami menahan diri, menaati peraturan, melakukan protokol kesehatan yang ketat, bahkan kesehatan mental sudah tidak dipedulikan lagi. Tak ada keceriaan, terutama untuk anak-anak yag harus bertahan dengan sekolah online yang melelahkan. Bahkan bertahan, untuk tidak ke mall, tidak ke tempat wisata, dan tidak sedikit penghasilan orang tua anak-anak berkurang selama pandemi.

Lebih perih lagi, saat kami membaca peraturan terbaru yang dibolak-balik sampai di tahap penerbangan di wilayah Jawa Bali mewajibkan anak di bawah 12 tahun harus RT-PCR. Tindakan PCR sendiri tentunya sangat tidak nyaman, baik anak sudah besar, terlebih anak balita. Namun apakah pemerintah memikirkan hal ini? Pernahkan kepikiran trauma anak dicolok hidungnya? 

Kami harus bagaimana lagi? Perih teriris-iris hati kami melihat proses PCR / antigen anak. Syarat vaksin sudah berusaha kami ikuti, masak orang tuanya boleh antigen sedangkan anaknya PCR (Jawa-Bali)?

Harapan kami penerbangan dengan syarat vaksin lengkap orang tuanya, anak dibebaskan dari PCR dan antigen, dan tetap prokes ketat dikawal oleh orang tua anak.

Demi kesehatan mental anak, supaya tidak trauma dengan tindakan PCR dan antigen. Terlebih vaksin untuk anak akan diadakan juga, herd immunity di kalangan anak akan segera tercapai.