BEKM UDINUS KEDIRI? BUAT APA?

BEKM UDINUS KEDIRI? BUAT APA?
Satu tahun kampus kami telah melaksanakan aktivitas ormawa. Namun, sejatinya kami menunggu adanya Badan Eksekutif di kampus PSDKU Kediri. Awalnya sangat senang untuk menyambut pembentukan, melibatkan partisipasi mahasiswa. Sebelum adanya ini, Udinus Kediri memiliki Badko atau Badan Koordinasi yang berisi ketua dan wakil dari setiap program studi. Badko kami rasa lebih adil, karena kebutuhan akan setiap ormawa prodi dapat melakukan rotasi aktivitas disana. Namun, hal janggal kami rasakan. Pembentukan EKM Udinus tidak mencerminkan namanya. Asas kekeluargaan tidak terimplementasi dengan baik disini. Saya, Anda, dan kita semua sebagai mahasiswa Udinus Kediri merasa kurang puas dengan adanya ini. Mulai dari waktu perekrutan yang memiliki praysarat tidak masuk akal. Kenapa? karena penyensoran informasi terus terjadi. LKMM memang menjadi syarat dasar, tetapi tidak mendapatkan informasi terkait hal tersebut. Kapan dilaksanakannya, siapa penyelenggaranya, dan masih banyak hal lainnya. Udinus Kediri awalnya menjadi harapan bagi saya menuntut ilmu, mengembangkan skill dalam berorganisasi, dan membangun relasi yang baik. Tapi itu semua ternyata hanya harapan saja.
Secara terbuka, mewakili angkatan 2020 yang mengungkapkan kekecewaan atas hal ini, kami ingin EKM dibekukan saja. Karena organisasi eksekutif mahasiswa baiknya diberikan kepada fakultas masing-masing. Entah perekrutan yang dipermainkan oleh Ketua EKM terpilih nyatanya bukan sekali dua kali. Hal ini diperkuat dengan ungkapan kekecewaan atas isu-isu pembekuan HMDKV Udinus Kediri. Pemimpin yang baik selalu berasumsi baik dan mengemukakan argumen secara fakta dan data. Bukan dengan perspektif pribadi saja. Memang, DKV selaku prodi dengan mahasiswa terbanyak dan tak heran jika terpilih sebagai "Pemegang Kuasa". Tapi perlu dikaji lebih dalam Pemira Udinus Kediri.
- Paslon yang ditetapkan sangat tidak fair. Paslon 01 yaitu Ocky dipasangkan dengan Eka. Mereka berdua memiliki branding yang baik dalam kampus PSDKU. Lain halnya dengan Paslon 02 yaitu Kevin dan Nadya dimana mereka berdua sama-sama hanya dikenal dikalangan mereka sendiri
- Realistisasi suara pemungutan seharusnya menjadi seimbang dengan perhitungan prosentase. Setiap Prodi memiliki hak suara yang sama sebanayak 25% suara berapapun pemilihnya. Mengapa? karena jumlah mahasiswa disetiap prodinya tidak sama. Mahasiswa terbanyak adalah prodi DKV sebanyak 40an orang
- Waktu pemilihan yang sangat sempit membuat beberapa mahasiswa menjadi golput dan memilih untuk tidak memilih. Mengapa bisa terjadi? karena faktanya, kepercayaan amanah kepemimpinan masih belum ada sehingga tidak bisa dipungkiri. Seharusnya bisa dilaksanakan sesi debat paslon agar kepercayaan mahasiswa terhadap paslon lebih baik lagi.
Oleh karena itu, kami mohon kepada pemangku kebijakan kampus untuk segera merespon hal ini guna terjadi transparasi antar mahasiswa. Karena tidak sedikit pula dari kami yang kuliah dengan biaya. Kami ingin mendapatkan hak kami sebagai mahasiswa. Elektabilitas paslon hanya ternilai dari personal branding saja nyatanya tak cukup. Perlu dinilai dan diseleksi oleh demisioner ormawa Udinus yang telah berpengalaman. Kami yakin, Udinus mampu berpikir jernih soal ini. Segera tindaklanjuti, Pak, Bu. Kami lelah dengan semua ini!