Tindak Tegas Pelaku Sweeping Buku di Indonesia

Tindak Tegas Pelaku Sweeping Buku di Indonesia

Sebuah kejadian memalukan sekaligus memilukan bangsa Indonesia terjadi di Makasar baru-baru ini. Sekelompok massa yang tergabung dalam Brigade Muslim Indonesia (BMI) melakukan aksi sweeping terhadap beberapa buku yang dijual di Gramedia. Aksi tersebut dilakukan pada hari Minggu, 4 Agustus 2019. Buku-buku yang mengandung paham Marxisme disita oleh sekelompok massa ini. Buku-buku yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno pun tak luput dari penyitaan ini.
Lihat beritanya di sini :
https://news.detik.com/berita/d-4651539/sekelompok-orang-di-makassar-razia-buku-paham-marxisme
Franz Magnis Suseno, seorang penulis buku yang banyak mengulas tentang ajaran Marxis menilai tindakan penyitaan yang dilakukan sekelompok masyarakat ini telah mempertontonkan kebodohan besar, kebodohan yang tidak ada batasnya. Dia menyatakan bukunya tidak berisi anjuran agar pembaca menganut Marxisme, Marxisme-Leninisme (komunisme). Justru bukunya itu merupakan kritik terhadap paham itu. Magnis mempersilakan semua pihak membacanya supaya tahu isi buku tersebut.
Lihat berita lengkapnya di sini:
Tindakan sweeping dan penyitaan yang dilakukan sekelompok massa Brigade Muslim Indonesia (BMI) ini telah menjadi preseden buruk bagi peradaban bangsa ini. Bangsa yang memiliki peradaban besar adalah bangsa yang menjamin kebebasan intelektual di ruang publik. Tindakan sweeping dan penyitaan buku-buku ini sebagai bentuk pembunuhan terhadap kebebasan intelektual, dan tentu membunuh masa depan bangsa kita. Bangsa kita haruslah dibangun di atas dasar tradisi intelektual yang kuat. Segala bentuk penyitaan buku-buku yang beredar di masyarakat adalah bentuk kemunduran terhadap kebebasan intelektual bangsa ini, dan telah menarik kita semua untuk kembali ke jaman orde baru.
Kebodohan sekelompok orang yang dipertontonkan kepada publik telah menyeret bangsa ini ke dalam arus kebodohan yang sama, dan kita semua seakan dipaksa untuk mengikuti arus tersebut dengan membiarkan kebodohan ini.
Selain itu, bangsa kita belum berbuat banyak dalam hal peningkatan budaya literasi. Peringkat literasi kita sedemikian rendah, berada di urutan 60 dari 61 negara berdasarkan data UNESCO. Munculnya tindakan konyol yang dilakukan sekelompok orang di Makasar telah menjadi batu sandungan bagi gerakan literasi yang dilakukan di Indonesia saat ini.
Komitmen visi pembangunan manusia Indonesia presiden Jokowi dalam lima tahun ke depan sedang diuji ketika berhadapan dengan beragam aksi sweeping dan penyitaan buku-buku yang beredar di masyarakat. Jika Jokowi dan jajaran pemerintahnya masih saja diam, maka pembangunan manusia yang menjadi visi prioritas Jokowi ini hanyalah bualan.
Sebagai bagian dari masyarakat yang menghendaki bangsa ini bergerak menuju peradaban yang baik, memiliki budaya literasi yang baik, dan terwujudnya visi pembangunan manusia Indonesia, kami mendesak Presiden Jokowi untuk:
Memastikan kebebasan intelektual di Indonesia sebagai upaya untuk memajukan peradaban bangsa. Oleh karena itu, para pelaku sweeping dan penyitaan buku-buku, baik itu Tentara, Polisi, maupun masyarakat sipil harus ditindak tegas dan diberi efek jera karena telah meresahkan bangsa ini.