Ketika kami masih mahasiswa baru di kampus, salah satu hal yang selalu diingatkan kepada kami adalah jangan plagiat. Plagiarisme itu udah seperti dosa terbesar yang bisa dilakukan oleh seorang akademisi. Tapi ternyata, rektor kami ketahuan plagiat.  

Kasus plagiasi yang dilakukan oleh Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES), Fathur Rokhman, kembali mencuat setelah Tim Akademik Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA) melakukan kajian akademik atas dokumen disertasi Fathur Rokhman (FR). 

Hasil kajian akademik KIKA yang disusun dalam bentuk monografi tersebut menyatakan secara tegas bahwa disertasi yang ditulis oleh FR pada tahun 2003 telah terbukti memplagiat skripsi tahun 2001 yang disusun oleh RS dan NY. Parahnya, keduanya adalah mahasiswa bimbingan FR sendiri di Fakultas Bahasa dan Seni UNNES.

Tim Akademik KIKA juga melihat adanya inkonsistensi dalam disertasi FR. Artinya, disertasi itu memang ditulis oleh lebih dari satu orang. Selain itu, tim juga menemukan di draf disertasi FR yang katanya ditulis tahun 2000, terdapat pustaka yang ditulis tahun 2001 dan selipan halaman yang dicetak pakai laser printer, teknologi yang baru ada bertahun-tahun setelahnya. 

Temuan ini pun mempertegas hasil temuan dari Dewan Kehormatan UGM (DK UGM). Mereka sempat bilang kalau FR memplagiat skripsi mahasiswanya dan merekomendasikan supaya gelar doktor FR dicabut. 

Walaupun begitu, hingga saat ini FR diduga terus memanfaatkan hubungan-hubungan kekuasaan dengan melakukan proses negosiasi yang bersifat politis. Buktinya, M. Nasir selaku Menristekdikti (2014-2019) tidak proaktif dalam menangani kasus plagiarisme FR dan bahkan cenderung melindungi FR lewat beberapa pernyataannya di media massa. 

Rektor UGM juga mengeluarkan keputusan untuk menggugurkan dugaan plagiarisme FR, dengan mengabaikan hasil kajian DK UGM. Ini juga patut dicurigai sebagai sebuah persekongkalan yang tak lepas dari konsolidasi kekuasaan antara pejabat kampus. Makanya, gak heran jika kasus plagiarisme FR berlarut-larut penyelesaiannya hingga hari ini. 

Ditambah lagi, plagiarisme bukan satu-satunya kasus yang menjerat FR. Ia kerap melakukan tindakan represif kepada mereka yang tidak setuju dengannya. FR juga baru saja dilaporkan ke KPK karena dugaan korupsi, dan diduga sering melakukan obral gelar honoris causa, yang terakhir kepada napi korupsi Nurdin Halid.

Tentu, keadaan ini mencoreng kampus yang seharusnya merupakan tempat yang bersih dari intervensi dan politisasi. Seorang rektor bukannya jadi contoh, malah plagiat dan menggunakan politiknya untuk mempertahankan jabatan. 

Oleh karena itu, lewat petisi ini, kami hendak meminta Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim untuk: mencopot FR dari jabatannya sebagai rektor UNNES atas temuan praktik curang plagiarisme dalam disertasi FR tahun 2003, di antaranya terhadap Skripsi SR dan NY tahun 2001, sekaligus mengevaluasi keputusan Rektor UGM yang mengubah keputusan DKU UGM yang telah menyatakan FR terbukti plagiat. 

Kami yakin, ini bukan satu-satunya kasus plagiarisme. Jika FR diberhentikan, kami harap akan ada efek jera dan sebagai tanda bahwa praktik kecurangan akademik harus dihentikan, termasuk penggunaan jabatan dan kekuasaannya memanipulasi publik dan menutupi tindak plagiasinya. 

Koalisi Mahasiswa Tegakkan Integritas Akademik: 

1. BEM Seluruh Indonesia
2. DPN PERMAHI (Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia)
3. Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI)
4. Komite Revolusi Pendidikan Indonesia (KRPI)
5. Gerakan Rakyat Menggugat Jawa Tengah
6. Aliansi BEM Semarang Raya 
7. Aliansi Mahasiswa Jateng-DIY
8. Aliansi Mahasiswa UNNES
9. Aliansi Mahasiswa UNDIP
10. Front Mahasiswa Nasional (FMN) Semarang
11. Aksi Kamisan Semarang
12. GUSDURian UNNES