Aku masih gregetan teman-teman, sama twit bu Menteri Siti Nurbaya. Yang bilang kalau pembangunan gak boleh berhenti atas nama emisi karbon dan penggundulan hutan. Padahal kita punya konsep pembangunan berkelanjutan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan.

Tujuannya jelas, untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa datang.

Kicauannya di twitter gak layak dan berdampak bahaya saat diucapkan oleh seorang Menteri Lingkungan Hidup.

Ini juga bertolak belakang sama komitmen dan optimisme Pak Jokowi di COP26. Pak Jokowi bilang kalau Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon.

Sedih kalau lihat kenyataan hutan Indonesia.

Sebagai fotografer alam liar, aku udah bolak balik masuk hutan. Banyak hal yang kusaksikan dengan mata kepala sendiri dan kuabadikan dalam foto. Salah satu foto yang membuatku sangat geram adalah kejadian kebakaran hutan.

Foto di atas, adalah kebakaran hutan yang aku jepret dari helikopter di Riau. Sejauh mata memandang, dari atas heli semuanya berwarna putih. Hanya asap, dan hampir gak kelihatan warna hijau pohon.

Usai memotret dari helikopter, aku mencoba memotret dari darat. Mata perih hampir tak bisa kubuka, hidung terus-terusan berair, dan dada sesak susah untuk bernafas. Lalu bagaimana dengan ekosistem disitu? Biodiversitasnya? Kualitas kesehatan warga yang tinggal disitu? Gilaa...

Aku menyaksikan sendiri, hutan-hutan di Indonesia habis terbakar dan gundul. Belum lagi hutan kita yang berganti wajah menjadi perkebunan sawit. Bagaimana mungkin kita hidup tanpa hutan??

Kalau memang komit, bisa kok pembangunan berkelanjutan diterapkan di Indonesia. Sudah banyak ilmuwan atau akademisi yang bicara tentang ini.

Karena itu teman-teman, aku mau ajak kamu untuk mengawal janji pak Jokowi dalam COP26, supaya komitmennya untuk mengurangi emisi dan penggundulan hutan bisa terlaksana.

Aku butuh dukunganmu nih teman-teman. Supaya komitmen Jokowi untuk mengurangi emisi karbon bisa terealisasi.

Salam,

Regina Safri