ADA APA DGN IDI & TERAWAN? KAMI BUTUH TRANSPARANSI!

ADA APA DGN IDI & TERAWAN? KAMI BUTUH TRANSPARANSI!

Dimulai
7 April 2022
Mempetisi
Budi Gunadi Sadikin (Menteri Kesehatan RI) dan
Tanda tangan: 11Tujuan Berikutnya: 25
Dukung sekarang

Alasan pentingnya petisi ini

Dimulai oleh Canovya Djongso

Dalam waktu kurang lebih 10 hari lagi (sampai tanggal 21 April 2022), seorang abdi negeri Prof. Dr. dr. Terawan Agus Putranto, SpRad(K) akan menghadapi pemecatan dari  keanggotaan IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Polemik yang beredar antara pihak terkait dan berbagai pihak termasuk DPR yang turun tangan menyelamatkan sang aset bangsa ini.  

Ada pihak yg mengatakan bahwa hal ini tidak seharusnya  menjadi konsumsi publik karena ini masalah internal organisasi, namun kami melihat mungkin memang seharusnya publik mengetahui secara jelas apa yang sesungguhnya terjadi, karena ini menyangkut hayat hidup masyarakat.

Sesungguhnya, sebagai orang di luar pihak bertikai dan  masyarakat umum, kami hanya melihat sebuah keanehan luar biasa: bagaimana seorang  dokter, yang:

  • melayani semua pihak tanpa tebang pilih.
  • berjasa dalam pengembangan dunia kedokteran dengan 6  penghargaan internasional
  • telah memberi manfaat kepada  40.000*)1  pasien dalam dan luar negeri
  • berprestasi dengan 6 penghargaan internasional, bahkan diapresiasi tokoh2 masyarakat & pemerintahan
  • diminta organisasi kesehatan luar negeri (Jerman)  untuk membagikan ilmu tersebut,  
  • merupakan Tentara Nasional Indonesia dengan pengakuan dalam kenaikan pangkat  
  • merupakan dokter di RSPAD dan terbukti prestasinya
  • merupakan  Menteri Kesehatan periode  Okt 2019 – Des 2020
  • merupakan Tim Medis Kepresidenan
  • pernah menjabat Ketua International Committee on Military Medicine (ICMM)
  • sekarang menjadi Dewan Kehormatan ICMM (Militer Dunia)
  • (dll daftar terlalu panjang);                                                         

namun dipecat oleh organisasi yang menjadi rumah wadah profesi dokter!

Sebuah kontradiksi yg sulit dimengerti!

 

Adapun alasan IDI atas pemecatan Prof. Dr.dr. Terawan Agus Putranto SpRad(K) adalah sbb: *)2

1.       Ybs belum menyerahkan bukti telah menjalankan sanksi etik sesuai SK MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran)  no. 009320/PB/MKEK-KEPUTUSAN/02/2018 tertanggal 12 Feb 2018 sampai hari ini.

2.       Ybs melakukan promosi kpd masyarakat luas ttg vaksin Nusantara sebelum penelitiannya selesai.

3.       Ybs bertindak sebagai ketua dari Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia (PDSRKI) yg dibentuk tanpa melalui prosedur yg sesuai dengan tatalaksana dan organisasi (PRTALA) IDI dan proses pengesahan di Muktamar IDI.  

Alasan etika juga menjadi dasar dari  pemecatan dilakukan,  karena ybs dinilai melanggar kode etik berdasarkan kode etik kedokteran Indonesia sbb: *)3

1. Memuji diri; seorang dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan memuji diri sendiri. Sebuah pengobatan bukan karena perilaku/ perbuatan yg dia lakukan, tapi ada faktor2 lain,

2. Harus bijak & berhati-hati dalam mengumumkan  atau menerapkan penemuan baru.   Setiap inovasi harus dibuktikan oleh institusi kelembagaan  akademisi dan juga pemerintah, bahwa secara ilmiah sesuai kaidah & mengutamakan keselamatan pasien. Tidak bisa lihat hasil dengan testimony, bukti ilmiah tidak dapat berdasarkan atas testimoni.

3. Harus berhati-hati tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu  yg mengakibatkan kebebasan  kemandirian profesinya hilang, 

4. Etika dalam memperlakukan rekan2 sejawat 

 

Jawaban atas semua keberatan yg dinilai pelanggaran berat yg menyebabkan dipecatnya Dr. Terawan, dirangkum dari sumber berita *) yg dapat dipercaya, sbb:
1. Azas manfaat bagi masyarakat seharusnya di atas masalah internal organsiasi 

Lebih dari 40,000 pasien merasakan manfaatnya, bahkan banyak yang instan dengan perubahan signifikan dengan metode DSA (Digital Subtraction Angiography) yang dilakukan Dr. Terawan.

Yg seharusnya IDI perhatikan adalah 2.500 dokter muda yg terancam menganggur  yg tidak dibina, diperlengkapi untuk menjadi dokter berkompetensi, yg memang sangat dibutuhkan negara ini.

2. Pembuktian ilmiah untuk keluarnya Ijin penelitan dan penemuan

Dr Terawan sudah berjuang bertahun-tahun untuk penelitian dan penemuan metode DSA diberikan ijin, dan mencoba  memberikan penjelasan yang tidak memuaskan MKEK IDI *)4  Demikian juga Vaksin Nusantara selama 2 tahun nasibnya tidak jelas.

Ironisnya, vaksin2 luar dalam hitungan minggu ijinnya sudah keluar *)5, dengan kondisi vaksin2 tersebut juga tidak  memiliki bukti ilmiah yang pasti, karena diperlukan riset 5-10 thn untuk melihat dampak dari vaksin itu setelah diberikan (animal testing).

 

MARI BICARA DATA!
1.       Permasalahan Metode DSA
Tentu kita dapat melihat data jumlah pasien yg dirawat dengan metode DSA. (nama dirahasiakan) Data kualitatif dan kuantitatif efek positif dan efek samping  dari metode DSA dalam kurun waktu tertentu.

Mari kita lihat persentase jumlah yg ditolong VS jumlah yg terkena efek samping.  Diperlukan juga kesaksian  dari dokter-dokter mancanegara yang objective  mengenai DSA.

 
2.       Permasalahan Vaksin Nusantara
Diperlukan transparasi data KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) dari vaksin2  yg beredar Sinovac, AstraZeneca, Moderna,  J&J, Sinopharm, dan juga Vaksin Nusantara.  Mari bandingkan secara objektif dan terbuka. 

  • Apakah ada kematian setelah pemberian vaksin dalam kurun waktu 1 tahun ini & kurun waktu lebih panjang?  
  • Apakah  penyebab kematian setelah pemberian vaksin tsb, dalam jangka waktu tersebut? (Blood cloth, Covid19, jantung, dll)
  • Apakah ada timbulnya penyakit lain setelah pemberian vaksin dalam kurun waktu 1 tahun, dan kurun waktu lebih panjang?
     

Perlu kita pahami, vaksin-vakisin lain di luar Vaksin Nusantara  juga belum dibuktikan secara ilmiah 5-10 thn ke depan efek samping dan belum terbukti aman secara ilmiah. Bahkan berbagai sumber  penelitan dan berita  beberapa vaksin ini dikaitkan dengan efek samping yg merugikan dan fatal.

Para produsen vaksin ini tidak dapat mempertanggung jawabkan efek samping vaksin ini; bahkan secara terus terang ada pernyataan untuk mereka dilepaskan dari tanggung jawab atas efek samping.  

Dengan dalil bahwa ini masalah pandemik dunia yg butuh penanganan secepatnya, maka vaksin2 ini tetap diterapkan, lalu mengapa vaksin Nusantara tidak diberlakukan dalil yg sama?

3.       Permasalahan Etika
3.1. Mempromosikan diri sendiri

Kumpulkan  data dari seluruh digital platform berapa banyak testimoni pasien Dr. Terawan dan berapa banyak video atau berita Dr. Terawan sendiri yang mempromosikan penemuannya. Berapa banyak iklan yg dibuat Dr. Terawan untuk mempromosikan Metode DSA.

Saya percaya hasil akan berbicara untuk dirinya sendiri. Kita semua tahu seorang dokter akan terkenal biasanya dari mulut ke mulut, dari testimoni orang2 yg sudah ditolong.

3.2. BIjak dalam Memperkenalkan & Menerapkan Inovasi Baru

Dikatakan Dr. Terawan sudah melakukan penelitan, dan mendapatkan gelar Doktor atas penemuan tsb. *)4  Dr. Terawan juga sudah menjelaskan kpd pihak MKEK tapi dikatakan penjelasannya  tidak memuaskan MKEK.

Aspek manfaat sudah jelas terlihat daripada aspek mudaratnya sudah terlihat jelas, efek baik terdata jauh lebih banyak daripada buruknya, oleh karenanya  mari berbicara data kualitatif dan kuantitatif dari pasien tersebut.
 
3.3. Harus berhati-hati tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu  yg mengakibatkan kebebasan  kemandirian profesinya hilang

Sumpah dokternya justru membuat Dr. Terawan sungguh mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepantingan masyarakat, daripada kepentingan dirinya, bahkan hingga kalau perlu mengorbankan dirinya.
  
3.4.  Etika dalam memperlakukan rekan2 sejawat

Ironis jika hal ini dipakai IDI yg telah memecat untuk Dr Terawan yg begitu banyak memberi manfaat bagi masyarakat Indonesia dan dunia.

Seharusnya kami tanyakan “Beginikah IDI memperlakukan teman sejawat mereka;-- dengan pemecatan permanen—kepada seseorang yg begitu dihargai bangsa dan dunia?”  

Apakah ada hal yg begitu besar: menyebabkan kematian ribuan orang, atau bekerja sama dengan teroris, sehingga beliau layak untuk  dipecat secara permanen?

Kalau ini merupakan sebuah arogansi organisasi profesi, tanpa melihat hayat hidup orang banyak yg mendapatkan manfaat, maka diperlukan badan organisasi lain untuk menilai
-  Apakah wadah IDI ini sudah berjalan sesuai koridor dan tujuan organisasi;
-  Apakah sudah memberikan manfaat bagi anggota IDI secara khusus, dan manfaat bagi  masyarakat luas pada umumnya; atau tidak?

Transparansi dan kejelasan seharusnya diberikan  kepada kami sebagai warga negara Indonesia, karena ini menyangkut kesehatan dan hayat hidup orang banyak, terlebih dalam era keterbukaan sekarang ini, sehingga tidak menimbulkan fitnah, terutama ada isu beredar bahwa ada pihak-pihak tertentu berkepentingan yang dirugikan penemuan Dr. Terawan.  

Oleh karenanya kami masyarakat Indonesia meminta: 
1. Untuk sidang dengar pembelaan dari Prof. Dr.dr. Terawan, SpRad(K), DIBUKA UNTUK UMUM dan diliput TV Nasional dan dihadirkan keterangan dari dokter-dokter mancanegara terkait isu ini dan data2 terkait seperti dijelaskan di atas.

2.  Untuk kami sebagai masyarakat Indonesia, tetap mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segala terobosan inovasi dari  Prof. Dr. dr. Terawan Agus Putranto, SpRad(K) dan dengan dibatalkannya surat pemecatan dari IDI.

3. Untuk meminta pemerintah melakukan audit atas IDI: audit operasional, audit compliance/ ketaatan, audit investigatif, dan audit laporan keuangan.

Salam transparansi!

Sumber:

*1) sumber: https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=686&presiden_id=18&presiden=jokowi

*2) sumber: KompasTV  “Punya Waktu 25 hari, DPR Harus Gerak Cepat Jika Ingin Bantu Dokter Terawan Klarifikasi” https://www.youtube.com/watch?v=HfrpHgcgf8M

*3) sumber:  CNN Indonesia “DPR Murka IDI Pecat Terawan, Pandu Riono: Terawan Jangan Sembunyi di Balik Teman-teman Politisi” https://www.youtube.com/watch?v=7RsVd0Um5HE   

*4) sumber: Kompas TV “Unhas Tantang IDI Soal Terapi Cuci Otak Terawan!” https://www.youtube.com/watch?v=twlI7viB-w8

Dukung sekarang
Tanda tangan: 11Tujuan Berikutnya: 25
Dukung sekarang